Jimat "Pengasihan Asikin"



Banten dulu adalah salah satu kesultanan di Nusantara yang tercatat pernah berpengaruh dari mulai Kerawang hingga negeri Malabar India di saat kepemimpinan Sultan Abul Mafakhir Abdul Qodir Kenari, penguasa Banten pertama yang diberi gelar Sultan dan kuat jalinan konektifitasnya dengan Kesultanan Turki Usmani di awal abad 17 Masehi, baik dalam konteks geo politik hingga kebudayaan menjadi saling pengaruh mempengaruhi.


Dalam rentang satu abad, luasnya pengaruh Banten atas wilayah Asia dikuatkan oleh kemampuan kepemimpinan beberapa sultan, antara lain Sultan Kenari dan Sultan Ageng Tirtayasa, jauh sebelum pudarnya pengaruh tersebut ketika kepemimpinan setelahnya.

Pengaruhnya tidak sekedar politis namun juga pada aspek spiritualitas Islam, terutama menyangkut pada perkembangan ilmu-ilmu Islam. Fakta sejarah terkait itu ada di Kasunyatan, saat abad 17 Masehi Kasunyatan adalah pusat spiritualitas sekaligus pusat pendidikan agama Islam terbesar se-Asia

Sultan Zainal Asikin

Sultan Zainal Asikin menjadi sultan Banten yang ke-12 setelah menggantikan Sultan Wasi Zainal Alimin, pamannya yang menjadi sultan yang ke 11. Sultan Zainal Asikin ini putera Sultan Syifa Zainal Arifin yang sebelumnya dikenal dengan Pangeran Gusti dan pernah dibuang ke Ceylon Srilanka oleh VOC Belanda tahun 1747 M.

Pada 1752 VOC Belanda telah mengangkat Pangeran Arya Adisantika, adik Sultan Syifa Zainal Arifin menjadi Sultan Banten dengan gelar Sultan Abulma’ali Muhammad Wasi Zainal Alimin dan waktu yang bersamaan Gubernur Jenderal VOC Jacob Mossel memutuskan untuk mengembalikan Pangeran Gusti dari tempat pengasingannya dan ditetapkan sebagai putra mahkota

Pribadi Sultan Banten ke-12 ini menghiasi bentang sejarah yang memukau, bukan hanya karena banyak drama-drama dan intrik-intrik politik di seputar kehidupannya sebelum ia naik tahta, tetapi juga sultan Banten yang memiliki kapasitas intelektual dan spiritualitas tinggi dalam waktu yang bersamaan. Eksistensinya sebagai sultan yang didukung oleh VOC sekaligus pembesar Banten lainnya adalah nilai tambah baginya dan di bawah pengaruhnya, Banten cenderung stabil.

Jimat Sultan

Dalam kitab Fathu al Muluk li Yashila Malik al Muluk ala Qoidat Ahl Suluki ( Manuskrip kitab nomor kode A. 111), Syaikh Abdulloh bin Abdul Qohar al-Bantani telah mendeskripsikan pribadi Sultan Zainal Asikin di dalam mukadimah kitabnya tersebut.

فإن بعض السادات والعرفان وأصحاب الأحباب من خلصان الإخوان والأصحاب من سيد السادة ملك المعظم المظفر المفخم المنصور بعناية مالك الغفار مولانا وسيدنا النسيب الحبيب الطاهرات الأصل والنسل من سلا(لة) بني هاشم وبني المطلب سلطان أبو النصر محمد عارف زين العاشقين السلطان بن السلطان المرحوم أبو الفتح شفاء زين العارفين خليفة الله تعالى في أرضه خليفة القادري والرفاعي وغيرهما قدس الله أسرارهم الجميع دام علاه

Artinya: Maka sesungguhnya sebagian orang-orang yang dimuliakan, ahli ilmu, sahabat-sahabat yang dikasihi dari beberapa saudara dan sahabat dari pemimpin yang mulia, diagungkan, tangguh, berkuasa yaitu tuan kita dan penguasa kita, seorang yang memiliki nasab keturunan mulia, yang terkasih, berasal dari keluarga leluhur suci, dari trah Bani Hasyim dan Bani Muthalib, yaitu Sultan Arif Zainal Asyikin, seorang sultan putra almarhum Sultan Syifa Zainul Arifin, seorang wakil Allah Ta’ala di muka bumi, sekaligus seorang wakil Tarekat Qadiriah dan Rifa’iah dan lain sebagainya, semoga Allah senantiasa mensucikan rahasia mereka, dan senantiasa melanggengkan keluhurannya.

Keseharian Sultan Zainal Asikin ini selain sebagai sultan Banten, ia adalah juga mursyid tarekat Qodiriyah dan tarekat Rifaiyah, serta di sela-sela waktunya menulis kitab yang berisi jimat-jimat dengan gaya penulisan huruf Arab isinya Jawa Banten. Jimat yang dimaksud adalah aji yang artinya kemuliaan dan amanat artinya kepercayaan yang diperoleh.

Dalam kitab jimat yang ditulis sultan Asikin itu selalu ada anjuran untuk mutih, yaitu proses mensucikan diri dari hal-hal yang syubhat dan yang haram, bukan dimaksud mutih itu puasa dengan konsumsi nasi putih dan air putih. Sebab Sultan Zainal Asikin menerapkan ayat Al-Qur'an dengan pendekatan budaya, ayat tersebut adalah ayat 88 dari surat al-Maidah. وَكُلُوْا مِمّا رَزَقَكُمُاللّٰهُحَلٰلًا طَيِّبًاۖ وّاتّقُوا اللّٰهَالّذِيْٓ اَنْتُمْبِهٖ مُؤْمِنُوْنَArtinya : Makanlah apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu sebagai rezeki yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah yang hanya kepada-Nya kamu beriman Sang sultan yang alim itu selalu meluangkan waktunya untuk zikir tarekat, menulis kitab di Bale Kambang Tasik Kardi, tempat persinggahan atau peristirahatan sultan dan keluarganya, jaraknya kurang lebih 1 km arah selatan dari Keraton Surosowan. Di tahun 1596 tempat tersebut adalah tempat menerima tamu para pedagang dari Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman. Makna Jimat Sultan Jimat dalam perspektif sekarang ini adalah benda atau tulisan yang dianggap punya tuah, khasiat atau untuk kesaktian, sementara jimat yang dimaksud Kanjeng Sultan Zainal Asikin adalah sikap atau prinsip hidup untuk memperoleh kemuliaan dengan indikasi ketenangan jiwa, pikiran baik, dan ketaatan totalitas atas perintah Allah S.w.t. Dalam kitab jimat tersebut, sultan ke-12 itu menuliskan pesan untuk masyarakat Banten agar tidak meninggalkan aqidah Islam, berpegang teguh pada al-Qur'an, dan anjuran taat pada perintah sultan. 
Sumber: Adipati khairu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jimat "Pengasihan Asikin"

Banten dulu adalah salah satu kesultanan di Nusantara yang tercatat pernah berpengaruh dari mulai Kerawang hingga negeri Malabar India di sa...