dear bolo dewe ini ane punya aplikasi excel buat
- Membuat Tanggalan masehi-Hijri-Pasaran:
- Hisab Kiblat:
- Menghitung Umur:
- Data Matahari dan Bulan:
- Membuat Konversi Urfi Masehi-Hijri
dear bolo dewe ini ane punya aplikasi excel buat
Ramadan 1354 H (1936 M) kala itu, tak ubahnya kebiasaan pada bulan puasa sebelumnya. Para jama’ah Masjid Jami’ Pasuruan memasang “bom” di halaman depan masjid sebagai penanda waktu berbuka tiba. Namun, hal tersebut, justru mengingatkan sejumlah orang atas keganjilan di Masjid Jami’ Pasuruan yang baru saja direnovasi setahun sebelumnya. Di halaman tersebut, ternyata telah berpindah keberadaan mizwalah, sebuah tugu yang dipergunakan untuk menentukan masuknya waktu salat dengan mengacu pada bayangan benda dari sorotan sinar matahari. Pergunjingan di kalangan masyarakat Pasuruan tersebut, bahkan merambat. Tak hanya pada keberadaan mizwalah. Namun, juga terhadap akurasi kiblat masjid jami’ tersebut. Pergunjingan tersebut juga melibatkan sejumlah ulama terkemuka di kota tersebut. Atas kejadian tersebut, Patih Pasuruan yang menjabat kala itu, meminta kepada tiga ulama ahli miqat dan falak untuk memeriksa kebenaran kiblat masjid jami’ tersebut. Dalam surat tertanggal 8 Juli 1936, Patih Pasuruan itu menulis demikian:
Dalam pertemuan tersebut, Patih melakukan voting atas arah kiblat Masjid Jami' Pasuruan. Dalam voting tersebut, ternyata dimenangkan oleh pihaknya Kiai Abdurrahman yang menganggap bahwa arah kiblat tak perlu diubah. Hasil voting tersebut, menimbulkan kekecawaan bagi Kiai Choezaimi dan Kiai Djoefri. Keduanya yang mendukung perubahan arah kiblat, merasa dikerjai dalam pertemuan itu. Sebagai pengurus NU, keduanya merasa tak diajak berembuk terlebih dahulu.
Lantas bagaimana ujung dari polemik tersebut?
Dari pengukuran tersebut, diketahui bahwa mizwalah di Masjid Jami Pasuruan tidak akurat. Lebih cepat 3 sampai 4 menit. Sedangkan, posisi kiblatnya juga serong sebanyak 3 derajat, bahkan dalam metode ukur lainnya, keserongannya mencapai 5 derajat dari ainul ka'bah. Atas hasil tersebut, maka arah kiblat harus diubah. Kemiringan lebih dari 2 derajat tersebut, melebihi batas toleransi kepresisian kiblat dalam madzhab Syafi'i. Kiai Muhammad bin Yasin yang kala itu masih tinggal di Pasuruan (sebelum pindah ke Jember), lantas menyampaikan kepada masyarakat pada hari itu juga. Kebetulan, setelah Ashar, Kiai Muhammad tersebut sedang mengajar di masjid. Namun, keputusan komisi bentukan Patih Pasuruan itu, ditolak oleh sejumlah kalangan. Di antaranya adalah Kiai Abdullah bin Yasin, adik dari Kiai Muhammad bin Yasin. Pada 9 Oktober 1936, salah seorang imam masjid jami' Pasuruan, KH. Thohir, membacakan surat dari Kiai Abdullah pada saat pelaksanaan salat Jumat.
Surat tersebut membenarkan jika arah kiblat masjid kurang presisi. Namun, masih berkisar 2 derajat sehingga masih dalam tahap diperbolehkan dan haram hukumnya untuk mengubah arah kiblat. Pengumuman tersebut, menimbulkan kegaduhan baru. Warga terbelah. Ada yang mendukung pendapat Kiai Abdullah, namun juga tak sedikit yang membela pendapat komisi yang awal. Untuk meredam hal tersebut, Kiai Muhammad lantas membuat risalah perihal arah kiblat masjid jami Pasuruan dalam bahasa Arab dan Jawa. Tujuannya, untuk menjelaskan duduk perkaranya hal tersebut.
Atas upaya tersebut, masyarakat Pasuruan kembali redam. Orang sembayang kembali mengacu kepada arah kiblat yang telah ditentukan oleh komisi bentukan Patih Pasuruan. Akan tetapi, di kemudian hari, KH. Abdurrahman dari Legi, Pasuruan, tiba-tiba mengembalikan tikar masjid ke arah semula sebelum ada perubahan
https://rukyatulhilal.org/apps/hilal/index.html
atau di sini ya ini produknya ipin upin atau malaysia:
https://www.appfalak.com/index2.php?name=hilal
dan yang ini link dari BMKG:
dari Kyai Washil Demak:
https://falakiyah-info.blogspot.com/2024/03/hisabawalbulan.html
ini untuk imsakiyahnya ya:
https://falakiyah-info.blogspot.com/2024/03/jadwalimsakiyah.html
so.. selamat bertugas dilapangan ya gaes. smoga manfaat.
The Gregorian calendar is the most prevalently used calendar today. Within this calendar, a standard year consists of 365 days with a leap day being introduced to the month of February during a leap year. The months of April, June, September, and November have 30 days, while the rest have 31 days except for February, which has 28 days in a standard year, and 29 in a leap year.
The Gregorian calendar is a reformed version of the Julian calendar, which was itself a modification of the ancient Roman calendar. The ancient Roman calendar was believed to be an observational lunar calendar, based on the cycles of the moon's phases. The Romans were then believed to have adopted a 10-month calendar with 304 days, leaving the remaining 50 or so days as an unorganized winter. This calendar allowed the summer and winter months to become completely misplaced, leading to the adoption of more accurate calendars.
The Republican calendar later used by Rome followed Greek calendars in its assumptions of 29.5 days in a lunar cycle and 12.5 synodic months in a solar year, which align every fourth year upon the addition of the intercalary months of January and February. From this point, many attempts were made to align the Republican calendar with the solar year including the addition of an extra month to certain years to supplant the lack of days in a particular year. In 46 BC, the calendar was further reformed by Julius Caesar, introducing an algorithm that removed the dependence of calendars from the observation of the new moon. In order to accomplish this, Caesar inserted an additional 10 days into the Republican calendar, making the total number of days in a year 365. He also added the intercalation of a leap day every fourth year, all in an attempt to further synchronize the Roman calendar with the solar year.
Despite all efforts, the Julian calendar still required further reform, since the calendar drifted with respect to the equinoxes and solstices by approximately 11 minutes per year. By 1582, this resulted in a difference of 10 days from what was expected. Pope Gregory XIII addressed this by essentially skipping 10 days in the date, making the day after October 4, 1582, October 15. An adjustment was also made to the algorithm of the Julian calendar that changed which century years would be considered leap years. Under the Gregorian calendar, century years not divisible by 400 would not be leap years. These changes reduced the error from 1 day in 128 years, to 1 day in 3,030 years with respect to the current value of the mean solar year.
The adoption of the Gregorian calendar occurred slowly over a period of centuries, and despite many proposals to further reform the calendar, the Gregorian Calendar still prevails as the most commonly used dating system worldwide.
Silahkan klik di bawah ini (kalkulator hari online):
Triangulasi menjadi sangat penting dalam penelitian kualitatif, kendati pasti menambah waktu dan beaya seta tenaga. Tetapi harus diakui bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam (deep understanding) atas fenomena yang diteliti merupakan nilai yang harus diperjuangkan oleh setiap peneliti kualitatif. Sebab, penelitian kualitatif lahir untuk menangkap arti (meaning) atau memahami gejala, peristiwa, fakta, kejadian, realitas atau masalah tertentu mengenai peristiwa sosial dan kemanusiaan dengan kompleksitasnya secara mendalam, dan bukan untuk menjelaskan (to explain) hubungan antar-variabel atau membuktikan hubungan sebab akibat atau korelasi dari suatu masalah tertentu. Kedalaman pemahaman akan diperoleh hanya jika data cukup kaya, dan berbagai perspektif digunakan untuk memotret sesuatu fokus masalah secara komprehensif.
dear bolo dewe ini ane punya aplikasi excel buat Membuat Tanggalan masehi-Hijri-Pasaran: https://docs.google.com/spreadsheets/d/1AMbnFXBUWq...